SEJARAH PARTAI AMANAT NASIONAL...



Tanggal 27 Juli, pak Amien kembali menghadiri pertemuan MARA di Galeri Cemara, Jakarta. Hadir dalam acara tersebut antara lain: Goenawan Mohammad, Mukhtar Pabottinggi dan Albert Hasibuan. Selesai pertemuan, diadakan konferensi pers. Dalam kesempatan ini pak Amien menyinggung lagi tentang rencana pendirian partai, ia menyebut bahwa platform partai, saat itu sedang dipersiapkan lebih lanjut, diutarakan bahwa untuk bidang politik dipimpin oleh Mukhtar, hukum oleh Albert, sedangkan Economi oleh Anggito Abimanyu, Faisal Basri. Seusai acara, pak Amien menemui Goenawan dan berbicara empat mata. Pak Amien menceritakan lamaran tokoh-tokoh PPP beberapa hari sebelumnya. Ternyata Goenawan memberikan respon positif. Pak Amien kemudian berfikir, bagaimana mengawinkan partai yang akan dilahirkan MARA dengan PPP yang akan direformasi.


Pak Amien kembali bertemu tokoh di pondok Indah. Dalam kesempatan ini ia mengutarakan, ia tertarik untuk bergabung dengan PPP. Namun katanya, ibarat rumah, PPP perlu banyak kamarnya, diperluas ruang tamunya, diperbesar dapurnya, karena akan dihadirinya penghuni baru, tanpa menggusur yang lama. Kalau perlu labelnya diganti, agar lebih menarik. Menanggapi usulan pak Amien, Yusuf Syakirsebagai juru bicara PP, menyampakan bahwa teman-temannya untuk menjadi anggota Majelis Pakar.


Usai pertemuan pak Amien langsung berangkat menuju kantornya Amin Aziz di Tebet. Disitu telah menunggu Syafi Ma’arif, Sutrisno Muhdam, A.M.Fatwa dan Dawam Raharjo. Mereka mendiskusikan untung dan ruginya membuat partai baru atau bergabung dengan PPP. Kesimpulannya, baik mendirikan partai baru maupun bergabung dengan PPP sama-sama memiliki keunggulan sekaligus kelemahan. Idealnya adalah bila partai yang akan didirikan MARA dapat merger dengan PPP.

Tanggal 3 Agustus, pak Amien kembali bertemu tokoh-tokoh PPP di Pondok Indah. Hadir dalam acara tersebut antara lain: Yusuf Syakir, Aisyah Amini, Tosari Wijaya, Bachtiar Hamzah, Ali Hardi Kiai Demak, Faisal Baasir, Salahuddin Wahid. Sementara pak Amien ditemani oleh Sutrisno Bachir. Dalam pertemuan ini, kemungkinan pak Amien bergabung dengan PPP semakin kongkrit. Yusuf Syakir selaku juru bicara, menyampaikan hal-hal yang lebih lebih kongkrit dibanding pertemuan sebelumnya. Pertama, ia menyatakan bahwa Buya Ismail Hasan Metarium sudah menyatakan tidak bersedia dicalonkan kembali sebagai Ketua PPP. Kedua, masalah nama partai dapat ditinjau kembali, meskipun mayoritas masih ingin mempertahankan nama PPP. Ketiga, bersama pak Amien yang akan diusulkan sebagai Ketua Majelis Pakar, ada nama-nama seperti : Baharuddin Lopa, Ahmad Bagja, Fuad Bawazir, Goenawan Mohamad dan Salahuddin Wahid


Tanggal 5 Agustus, pak Amien menghadiri pertemuan yang dilaksanakan di Wisma Tempo, Sirnagalih, Jawa Barat. Pertemuan ini dihadiri oleh tiga kelompok. Pertama, PPSK yang diwakili oleh Mohtar Mas’ud, Rizal Panggabean, Chairil Anwar, dan Machfud. Kedua, kelompok Tebet diwakili oleh Amin Aziz, Dawam Raharjo, A.M.Fatwa, Abdillah Toha dan A.M.Lutfi. Ketiga, kelompok MARA diwakili oleh Goenawan Mohamad, Albert Hasibuan, Zumrotin, Nusyahbani Kacasungkana dan Ismed Haddad. Pak Amien berada disini sebentar, karena ia harus segera kebandara Soekarno-Hatta untuk pergi keluar negri bersama Syafi’i Ma’arif.

Ada dua Agenda besar yang harus dirumuskan dalam pertemuan ini. Pertama, menyusun platform partai. Kedua, menyepakati formatur yang akan ditugasi untuk menyusun kepengurusan. Melalui voting, nama partai kemudian disepakati sebagai Partai Amanat Nasional(disingkat PAN). Ketua formatur ditetapkan M.Amien Rais, dengan delapan anggota, antara lain: Goenawan Mohamad, Zumrotin, Abdillah Toha, A.M.Lutfi, Ismed Haddad, Albert Hasibuan dan Rizal Panggabean

Sepulang dari luar negri, pak Amien diminta menandatangani “surat kesediaan” untuk duduk di Majelis Pakar PPP. Beberapa media massa menyiarkan bergabungnya pak Amien ke PPP sendiri. Dengan rencana bergabungnya pak Amien ke PPP, Mereka yang telah berkumpul di Wisma Tempo merasa gelisah mendengar berita itu. Mereka berusaha menemui pak Amien untuk mendapatkan penjelasan kebenaran berita tersebut, selain keinginan segera menyampaikan hasil pertemuan yang sudah disepakati. Saat itu pak Amien dikitari orang.orang tertentu, sehingga tidak mudah ditemui.

Beberapa hari kemudian, muncul beberapa nada sumbang dari tokoh-tokoh PPP sendiri dengan rencana bergabungnya pak Amien. Selain itu, dari hasil jejak pendapat yang dilaksanakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Solo, ternyata mayoritas warga Muhammadiyah menginginkan Pak Amien mendirikan partai sendiri. Dari DKI Jakarta, juga datang surat resmi dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah yang mendesak agar pak Amien mendirikan partai sendiri. Dengan perjuangan khusus, Rizal Panggabean dan A.M Fatwa akhirnya berhasil menemui pak Amien, saat bersiap-siap untuk tampil dalam sebuah acara di TV swasta. Dan mereka menyampaikan hasil pertemuan di Sirnagalih. Tanggal 13 Agustus malam, pak Amien kembali bertemu tokoh-tokoh PPP di Pondok Indah. Ada sekitar sepuluh tokoh PPP hadir malam itu. Yusuf Syakir memulai dengan sebuah kiasan, katanya “Pak Amien, ibarat orang pacaran, kini kita sudah menikah, maka itu diharapkan pak Amien tidak lagi melirik gadis lain.” Dengan kiasan juga pak Amien menjawab;” dalam Islam kan boleh kawin dua.” Pak Amien kemudian menyinggung komentar beberapa petinggi PPP yang bernada negatif tentang rencana itu. Meskipun Yusuf Syakir dan kawan-kawan berusaha meyakinkan bahwa komentar yang dimaksud bukan berarti menentang. Juga ia mengingatkan, apapun yang ingin dicapai, semua memerlukan perjuangan.

Keesokan harinya, Amien muncul di TV mengutarakan rencananya untuk mendirikan partai baru. Sebuah partai terbuka, lintas agama dan lintas etnik. Diharapkan bisa dilaksanakan bertepatan dengan hari kemerdekaan. Tetapi, karena faktor etnis, akhirnya deklarasi baru bisa dilaksanakan pada 23 Agustus 1998, di Istora Senayan. Puluhan ribu masa berjubel menghadirinya. Puluhan tokoh-tokohnya tampil dipanggung, melambai-lambaikan tangan menyambut riuhnya tepuk tangan hadirin saat itu.

Kini PAN sudah berusia sembilan tahun. Dalam usia belia sudah mampu melalui ujian pertamanya dengan keberhasilannya menempatkan 34 orang kadernya sebagai anggota DPR RI, sehingga PAN termasuk lima besar pemenang pemilu 1999. Tahun 2004 juga lima besar dengan 53 anggota. Ujian berikutnya, bagaimana wakil-wakil PAN berkiprah baik di DPR RI, DPRD Propinsi atau DPRD Kabupaten/Kota untuk memperjuangkan aspirasi rakyat sesuai yang dijanjikan ketika kampanye dulu.


0 komentar: